Gema Natal
Oleh: Pdt. R.A. Lekatompessy,S.SI
(Sekretaris Klasis GPI Papua Mimika)
Catatan Historis
Istilah Natal berasal dari bahasa latin: Natalis, Dies Natalis yang berarti hari lahir. Sebelum lahirnya kekristenan masyarakat yang hidup dalam imperium Romawi menggunakan istilah natal untuk kelahiran Dewa Sang Surya atau yang disebut Dies Natalis Invicti: hari kelahiran matahari yang tak terkalahkan. Pengertian ini selanjutnya dihubungkan dengan penyembahan kaisas sebagai dewa seperti matahari. Kaisar Romawi pada abad ke-3 menetapkan perayaannya tanggal 25 Desember, demi kehormatannya sendiri sebagai "tuhan". Tanggal 25 Desember kemudian dikristenisasi sebagai Dies Natalis Yesus Kristus yakni sebagai matahari kebenaran sang terang dunia yang sejati, raja alam semesta dan juru selamat dunia.
Ada juga perhitungan tanggal kelahiran Yesus yang bertolak dari Injil Lukas 1:26. Jikalau tahun baru Yahudi (awal bulan Tisyri) jatuh pada sekitar awal Oktober, maka bulan keenam jatuh pada bulan Maret. Apabila Malaikat Gabriel datang kepada Maria pada akhir bulan keenam itu, maka akhir Desember (menerut kalender kita sekarang) adalah 9 bulan sesudahnya. Namun, menurut kalender Yahudi, bulan keenam juga dapat dihitung dari Paskah, sehingga kelahiran Yesus terjadi pada musim panas dan kandang di Bethlehem sedang kosong karena domba-domba bisa bermalam di alam terbuka.
Yesus Kristus Sang Putra Natal Lahir dalam lintasan sejarah dunia, di kota kecil Bethlehem-Yudea pada awal Masehi.
Catatan Teologis
Kelahiran Yesus Kristus adalah peristiwa Illahi yakni penjelmahan Allah menjadi manusia. Allah dalam ketinggian dan kemuliaanNya merendahkan diri menjadi sama dengan manusia. Peristiwa ini menunjukan bahwa ia peduli dengan manusia yang hidup dalam keberdosaan. Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk menebus dan menyucikan manusia dari dosa. Dosa mengakibatkan relasi antara manusia dengan Allah terputus karena murkaNya. Dalam keterputusan ini, Yesus hadir untuk menjembatani hubungan itu sehingga manusia kembali layak untuk menerima anugerah dan kasihNya.
Natal Kristus sebetulnya adalah tanda kasih karunia Allah bagi manusia. Oleh karena itu, maka manusia harus menyambut Natal Kristus itu dengan rasa syukur dan sukacita. Perayaan Natal Kristus bukanlah tradisi tahunan yang harus dilakukan oleh umat Kristen, melainkan ekspresi atau tindakan iman dari mereka yang percaya kepadaNya. Ketika merayakan Natal Kristus, semestinya ada 3 tindakan Iman yang harus dilakukan, yakni :
1. Mengintrospeksi diri. Natal Kristus mesti menjadi cermin untuk kita melihat segala kelemahan dan kekurangan hidup yang penuh dosa. Mengintrospeksi diri berarti membuka kembali lembaran kehidupan masa lalu yang ditandai dengan keburukan dan berusaha mereformasi diri selanjutnya berkomitmen untuk hidup baru dimasa depan.
2. Memperbaiki relasi dengan Tuhan. Kesibukan dan rutinitas duniawi terkadang membuat kita lupa Tuhan. Keangkuhan, keserakahan, kebohongan, ketidakadilan, kekerasan dan kejahatan dapat menimbulkan murka Tuhan kepada kita. Dalam konteks ini relasi kita dengan Tuhan menjadi renggang. Natal Kristus adalah moment penting untuk kita memperbaiki relasi dimaksud. Unsur yang paling penting dalam hal ini adalah pengakuan dosa dan pembaharuan hidup. Doa dan ibadah adalah perlengkapan rohani yang harus dimiliki dalam hidup kita tiap hari.
3. Memperbaiki relasi dengan sesama manusia. Tak dapat disangkal bahwa keburukan hidup kita dapat menimbulkan sakit hati dan kekecewaan bagi orang lain. Dalam konteks ini damai menjadi hilang dan tali kasih diantara kita terputus. Natal Kristus mengharuskan kita untuk menghadirkan damai dan mengikat kembali tali kasih diantara kita. Kemeriahan dan kemewahan Natal dengan hidangan lezat disertai rumah yang terhias rapi tanpa damai dan kasih adalah sesuatu yang kosong/semu. Memperbaiki relasi dengan sesama manusia suami-istri, kakak-adik, orang tua/anak, tetangga, teman sekerja, pimpinan/ bawahan) membutuhkan keterbukaan hati untuk memberi dan menerima maaf.Mari kita menjadikan Natal Kristus sebagai sesuatu yang bermakna bagi diri kita tetapi juga bagi orang lain. Supaya Yesus Kristus Putra Natal tetap dipermuliakan.
Oleh: Pdt. R.A. Lekatompessy,S.SI
(Sekretaris Klasis GPI Papua Mimika)
Catatan Historis
Istilah Natal berasal dari bahasa latin: Natalis, Dies Natalis yang berarti hari lahir. Sebelum lahirnya kekristenan masyarakat yang hidup dalam imperium Romawi menggunakan istilah natal untuk kelahiran Dewa Sang Surya atau yang disebut Dies Natalis Invicti: hari kelahiran matahari yang tak terkalahkan. Pengertian ini selanjutnya dihubungkan dengan penyembahan kaisas sebagai dewa seperti matahari. Kaisar Romawi pada abad ke-3 menetapkan perayaannya tanggal 25 Desember, demi kehormatannya sendiri sebagai "tuhan". Tanggal 25 Desember kemudian dikristenisasi sebagai Dies Natalis Yesus Kristus yakni sebagai matahari kebenaran sang terang dunia yang sejati, raja alam semesta dan juru selamat dunia.
Ada juga perhitungan tanggal kelahiran Yesus yang bertolak dari Injil Lukas 1:26. Jikalau tahun baru Yahudi (awal bulan Tisyri) jatuh pada sekitar awal Oktober, maka bulan keenam jatuh pada bulan Maret. Apabila Malaikat Gabriel datang kepada Maria pada akhir bulan keenam itu, maka akhir Desember (menerut kalender kita sekarang) adalah 9 bulan sesudahnya. Namun, menurut kalender Yahudi, bulan keenam juga dapat dihitung dari Paskah, sehingga kelahiran Yesus terjadi pada musim panas dan kandang di Bethlehem sedang kosong karena domba-domba bisa bermalam di alam terbuka.
Yesus Kristus Sang Putra Natal Lahir dalam lintasan sejarah dunia, di kota kecil Bethlehem-Yudea pada awal Masehi.
Catatan Teologis
Kelahiran Yesus Kristus adalah peristiwa Illahi yakni penjelmahan Allah menjadi manusia. Allah dalam ketinggian dan kemuliaanNya merendahkan diri menjadi sama dengan manusia. Peristiwa ini menunjukan bahwa ia peduli dengan manusia yang hidup dalam keberdosaan. Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk menebus dan menyucikan manusia dari dosa. Dosa mengakibatkan relasi antara manusia dengan Allah terputus karena murkaNya. Dalam keterputusan ini, Yesus hadir untuk menjembatani hubungan itu sehingga manusia kembali layak untuk menerima anugerah dan kasihNya.
Natal Kristus sebetulnya adalah tanda kasih karunia Allah bagi manusia. Oleh karena itu, maka manusia harus menyambut Natal Kristus itu dengan rasa syukur dan sukacita. Perayaan Natal Kristus bukanlah tradisi tahunan yang harus dilakukan oleh umat Kristen, melainkan ekspresi atau tindakan iman dari mereka yang percaya kepadaNya. Ketika merayakan Natal Kristus, semestinya ada 3 tindakan Iman yang harus dilakukan, yakni :
1. Mengintrospeksi diri. Natal Kristus mesti menjadi cermin untuk kita melihat segala kelemahan dan kekurangan hidup yang penuh dosa. Mengintrospeksi diri berarti membuka kembali lembaran kehidupan masa lalu yang ditandai dengan keburukan dan berusaha mereformasi diri selanjutnya berkomitmen untuk hidup baru dimasa depan.
2. Memperbaiki relasi dengan Tuhan. Kesibukan dan rutinitas duniawi terkadang membuat kita lupa Tuhan. Keangkuhan, keserakahan, kebohongan, ketidakadilan, kekerasan dan kejahatan dapat menimbulkan murka Tuhan kepada kita. Dalam konteks ini relasi kita dengan Tuhan menjadi renggang. Natal Kristus adalah moment penting untuk kita memperbaiki relasi dimaksud. Unsur yang paling penting dalam hal ini adalah pengakuan dosa dan pembaharuan hidup. Doa dan ibadah adalah perlengkapan rohani yang harus dimiliki dalam hidup kita tiap hari.
3. Memperbaiki relasi dengan sesama manusia. Tak dapat disangkal bahwa keburukan hidup kita dapat menimbulkan sakit hati dan kekecewaan bagi orang lain. Dalam konteks ini damai menjadi hilang dan tali kasih diantara kita terputus. Natal Kristus mengharuskan kita untuk menghadirkan damai dan mengikat kembali tali kasih diantara kita. Kemeriahan dan kemewahan Natal dengan hidangan lezat disertai rumah yang terhias rapi tanpa damai dan kasih adalah sesuatu yang kosong/semu. Memperbaiki relasi dengan sesama manusia suami-istri, kakak-adik, orang tua/anak, tetangga, teman sekerja, pimpinan/ bawahan) membutuhkan keterbukaan hati untuk memberi dan menerima maaf.Mari kita menjadikan Natal Kristus sebagai sesuatu yang bermakna bagi diri kita tetapi juga bagi orang lain. Supaya Yesus Kristus Putra Natal tetap dipermuliakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar